Sejak Robert Bosch berhasil membuat pompa injeksi pada motor diesel putaran tinggi (1922 _ 1927), maka dimulailah percobaan-percobaan untuk menerapkan pompa injeksi tersebut pada motor bensin. Pada mulanya pompa injeksi motor bensin dicoba, bensin langsung disemprotkan ke ruang bakar seperti motor diesel, namun timbul kesulitan saat motor dihidupkan pada kondisi dingin karena bensin sukar menguap pada suhu rendah dan akibatnya bensin akan mengalir keruang poros engkol dan bercampur dengan oli. Untuk mengatasi hal ini, maka penyemprotan bensin dilakukan pada saluran isap (intake manifold), hal ini pun bukan tidak bermasalah karena elemen pompa harus diberi pelumasan sendiri mengingat bensin tidak dapat melumasi elemen pompa seperti solar. Para ahli konstruksi terus berusaha merancang suatu sistem injeksi yang berbeda dari sistem-sistem terdahulu (tanpa memakai pompa injeksi seperti motor diesel).
Mengingat keterbatasan sistem mekanis itu, para perekayasa berusaha
menggabungkan sistem mekanis dengan kontrol elektronik. Gunanya agar
diperoleh fleksibilitas yang lebih dalam daerah operasinya sehingga
menghasilkan engine dengan kinerja optimum dalam daerah operasi yang
lebih luas.. Karena merupakan komponen penting, para pabrikan
membungkusnya dalam nama yang berbeda dari pabrikan lain. Toyota memberi
nama Electronic Fuel Injection (EFI), Suzuki menambahkan kata petrol
menjadi Electronic Petrol Fuel Injection (EPFI), Mitsubishi menamainya
Multi Point Fuel Injection (MPFI), Honda dengan Programmed Fuel
Injection (PGM-FI), sedangkan nama Bosch Motro-nic dipakai oleh BMW dan
Peugeot.
Sejak 1 Januari 2007, industri otomotif Indonesia memasuki babak baru dalam soal teknologi mesin dan pembuangan gas bekas (emisi gas buang) yang ramah lingkungan. Secara resmi pemerintah memberlakukan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (LH) Nomor 141/2003 tentang Standar Emisi Euro 2. Peraturan ini berlaku untuk kendaraan produksi terbaru atau yang sedang diproduksi (current production). Baik untuk mesin kendaraan roda empat maupun roda dua.
Sejak 1 Januari 2007, industri otomotif Indonesia memasuki babak baru dalam soal teknologi mesin dan pembuangan gas bekas (emisi gas buang) yang ramah lingkungan. Secara resmi pemerintah memberlakukan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (LH) Nomor 141/2003 tentang Standar Emisi Euro 2. Peraturan ini berlaku untuk kendaraan produksi terbaru atau yang sedang diproduksi (current production). Baik untuk mesin kendaraan roda empat maupun roda dua.
Untuk mengadopsi standar Euro 2 memang mutlak diperlukan beberapa
perubahan teknologi. Yang paling utama adalah pemasangan catalytic
converter (CC) sebagai peredam emisi gas buang dan teknologi pasokan
bahan bakar injeksi. Gambar Dibawah ini merupakan mobil produk 2007 yang
telah menggunakan system injeksi
Teknologi injeksi merupakan teknologi yang tepat untuk menggantikan
karburator. Ini bisa dilihat dari kondisi sisa pembakaran yang
dihasilkan mesin injeksi. Salah satu perbandingan adalah berdasarkan
data standar batas baku mutu emisi yang dikeluarkan pemerintah provinsi
DKI Jakarta, Februari 2006. Berdasarkan standar tersebut, mobil
karburator buatan 1986-1996 memiliki batas CO sebesar 3,5% dan HC 800
ppm. Sedangkan untuk mobil dengan sistem injeksi periode tahun yang sama
memiliki kadar CO 3% dan HC 600 ppm.
Proses pencampuran udara dan bahan bakar (bensin)
Bahan bakar (bensin) yang dimasukan ke dalam ruang bakar harus dalam
kondisi mudah terbakar, agar dapat menghasilkan efesiensi tenaga yang
maksimal. Campuran yang belum sempurna akan sulit terbakar, bila tidak
dalam bentuk gas yang homogen. Bensin tidak dapat terbakar tanpa udara,
harus dicampur dengan udara dalam takaran yang tepat. Perbandingan
campuran udara dan bensin sangat dipengaruhi oleh pemakaian bahan bakar.
Perbandingan udara dan bahan bakar dinyatakan dalam bentuk volume atau
berat dari bagian udara dan bensin. Bensin harus dapat terbakar
seluruhnya agar menghasilkan tenaga yang besar pada mesin dan
meminimalkan tingkat emisi gas buang.
Air Fuel Ratio (AFR)
Air Fuel Ratio adalah faktor yang mempengaruhi kesempurnaan proses
pembakaran di dalam ruang bakar. Merupakan komposisi campuran bensin dan
udara . Idealnya AFR bernilai 14,7 . Artinya campuran terdiri dari 1
bensin berbanding 14,7 udara atau disebut dengan istilah Stoichiometry.
Pada tabel 1 dapat dilihat pengaruh AFR terhadap kinerja motor bensin Pemakaian udara yang tidak stoikiometris, dikenal istilah Equivalent
Ratio (ER). Equivalent Ratio (ER) adalah perbandingan antara jumlah
(bahan bakar/ udara) yang digunakan dan jumlah (bahan bakar/ udara)
stoikiometris. (Sumber: Wisnu Arya Wardana, 2001: 38) Dengan demikian maka:
ER (lamda) = 1, berarti reaksi stoikiometris tetap sama dengan harga AFR ideal.
ER(lamda) 1,berarti pemakaian udara lebih dari keperluan reaksi stoikiometris (campuran miskin)
Pada umumnya perbandingan udara dan bahan bakar dinyatakan
berdasarkan perbandingan berat udara dengan berat bahan bakar.
Perbandingan udara dan bahan bakar yang sempurna atau air fuel ratio
(AFR) adalah 14,7 : 1, yaitu 14,7 udara berbanding 1 bensin.Tetapi pada
praktiknya, mesin membutuhkan campuran udara dan bahan bakar dalam
perbandingan yang berbeda-beda. Ini bergantung pada temperatur,
kecepatan mesin dan kondisi lainnya. Pada tabel 2 adalah perbandingan
campuran udara dan bensin secara teoritis yang dibutuhkan mesin sesuai
kondisi kerja.
AIR-FUEL RATIO (AFR)
Saat start temperatur 0 Celsius
1 : 1
1 : 1
Saat start temperatur 20 Celsius
5 : 1
5 : 1
Idling
11 : 1
11 : 1
Putaran lambat
12-13 : 1
12-13 : 1
akselerasi
8 : 1
8 : 1
Putaran Max (beban penuh)
12-13 : 1
12-13 : 1
Pemakaian ekonomis
16-18 : 1
16-18 : 1
Metoda Pencampuran Pada Karburator.
Prinsip kerja karburator sama dengan prinsip kerja semprotan
serangga, yaitu ketika udara ditekan, maka cairan yang berada dalam
tabung akan terisap dan bersama-sama dengan udara terkarburasi
(tercampur) keluar berupa gas. Hal ini disebabkan karena pada bagian
yang dipersempit (venturi) mempunyai kecepatan aliran udara yang tinggi.
Jika pada daerah venturi dihubungkan dengan saluran bahan bakar, maka
bahan bakar akan terhisap keluar bersama dengan udara menjadi gas.
Jumlah gas yang dihisap oleh mesin tergantung dari besar kecilnya
kevakuman pada venturi yang diatur oleh besar kecilnya pembukaan
throttle valve, juga ditentukan oleh besar kecilnya diameter saluran
dari ruang bahan bakar sampai dengan venturi.
Metoda Pencampuran pada berbagai kondisi kerja karburator dan injeksi
Antara karburator dengan injeksi sebenarnya mempunyai tujuan yang
sama yaitu memberikan campuran udara dan bensin dalam jumlah yang tepat
sesuai dengan tuntutan kondisi kerja mesin, namun metoda pencampurannya
yang berbeda. Perbedaan keduanya antara lain :
a. Perbandingan metoda campuran
Pada mesin karburator campuran udara dan bensin masuk ke dalam ruang
bakar karena adanya kevakuman yang dihasilkan oleh torak pada proses
langkah isap, sedangkan pada mesin injeksi (epi), bensin disemprotkan
bukan berdasarkan kevakuman pada intake manifold melainkan karena adanya
respon terhadap suatu sinyal listrik dari computer ke injektor.
b. Saat mesin mulai berputar (starting)
Pada mesin karburator, prosedur menghidupkan mesin saat kondisi
dingin adalah dengan mngaktifkan choke valve untuk menghambat masuknya
udara sehingga memperkaya campuran. Setelah mesin hidup choke valve
dikembalikan untuk mencegah campuran kaya., sedangkan pada mesin injeksi
pada saat temperatur mesin masih dingin akan dideteksi oleh sensor yang
memberikan input pada komputer untuk mengaktifkan colt start injector
atau mengaktifkan semua injektor selama mesin starting untuk memperkaya
campuran.
c. Saat Akselerasi (Percepatan)
Pada mesin karburasi, pompa percepatan yang akan memberikan tambahan
suplai bensin melalui pompa nozzle saat pedal gas diinjak secara
mendadak, sedangkan pada mesin injeksi computer akan mendeteksi adanya
bukaan throttle secara tiba-tiba, diikuti dengan berubahnya aliran udara
atau kevacuman pada intake manifold, maka komputer akan mengirim sinyal
ke semua injektor untuk bekerja secara bersamaan.
d. Saat Putaran Mesin Tinggi (high power output)
Pada mesin karburator power sistem akan bekerja untuk memperkaya
campuran dengan memberikan suplai bensin ke tabung pencampuran dan
bersama-sama main jet menyemprotkan bahan bakar ke ruang bakar,
sedangkan pada mesin injeksi, saat throttle valve terbuka semakin lebar,
komputer akan mengkombinasikan dengan aliran udara masuk atau tingkat
kevacuman di intake manifold untuk menghitung besarnya beban.Computer
akan mengirim sinyal ke injektor untuk merubah lamanya waktu injector
terbuka (injection pulse width), untuk memperkaya campuran.
Keunggulan Mesin Injeksi.
Beberapa keunggulan mesin injeksi jika dibandingkan dengan mesin
karburasi antara lain Menyempurnakan atomisasi (bahan bakar memaksa
masuk ke saluran isap untuk membantu memecahkan bahan bakar saat
disemprotkan yang akan menyempurnakan campuran)
- Distribusi bahan bakar yang lebih baik (campuran udara-bahan bakar disuplai dalam jumlah yang sama ke masing-masing silinder).
- Putaran stasioner lebih lembut (campuran bahan bakar-udara yang lebih tepat, atomisasi yang rendah).
- Irit (efesiensi tinggi oleh karena takaran campuran udara-bahan bakar yang lebih tepat, atomisasi, distribusi dan adanya system pemutus bahan bakar).
- Emisi gas buang rendah (ketepatan takaran/campuran udara-bahan bakar yang menjadikan pembakaran sempurna sehingga emisi gas buang dapat dieliminir).
- Lebih baik saat dioperasikan pada semua kondisi temperatur (adanya sensor yang mendeteksi temperatur menjadikan pengontrolan penginjeksian lebih baik).
- Meningkatkan (momen putar) tenaga mesin (ketepatan campuran pada masing-masing silinder dan aliran udara yang ditingkatkan dapat menghasilkan tenaga yang lebih besar).
- Daya maksimum lebih besar ( konstruksi saluran masuk dan saluran buang lebih baik, tekanan kompresi).
0 Response to "mesin injeksi"
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung di Bestmechanic.blogspot.com semoga apa yang anda baca bermanfaat. Silahkan bergabung dengan Bestmechanic.blogspot.com dengan cara klik SUKA dalam LIKE BOX. dan saya tunggu kritik dan sarannya. Terima kasih.